Tanggal 21 Juni menjadi hari
bersejarah bagi penggemar The Beatles di New Zealand. Persisnya 21 Juni 1966,
the ‘Fab Four’ menginjakkan kakinya di bandara Wellinton mengawali sepekan tur
mereka di tanah yang di Indonesia disebut Selandia Baru tersebut. Seorang
Zealander penggemar Beatles, Rachel Stace, menulis dalam catatannya: ‘We love you, yeah, yeah, yeah!’ Everything changed after The Beatles
came.
Tak seorang pun awalnya menduga histeria massa akan terjadi di New Zealand. 'Beatlemania' memang telah muncul di Australia, berbarengan dengan tur yang berlangsung di negara tersebut. Namun anak muda New Zealand memiliki tipikal yang relatif berbeda. Mereka bisa dikatakan lebih tenang. Namun ternyata sambutan terhadap empat pemuda asal Liverpool Inggris ini tak jauh beda dengan yang sudah terjadi di beberapa wilayah lainnya.
Tak seorang pun awalnya menduga histeria massa akan terjadi di New Zealand. 'Beatlemania' memang telah muncul di Australia, berbarengan dengan tur yang berlangsung di negara tersebut. Namun anak muda New Zealand memiliki tipikal yang relatif berbeda. Mereka bisa dikatakan lebih tenang. Namun ternyata sambutan terhadap empat pemuda asal Liverpool Inggris ini tak jauh beda dengan yang sudah terjadi di beberapa wilayah lainnya.
Tur Beatles di New Zealand berlangsung di
empat kota, Wellington (22 dan 23 Juni), Auckland (24 dan 25 Juni), Dunedin (26
Juni), dan Christchurch (27 Juni). Mereka tampil dua kali sehari yakni jam 6
dan setengah 9 malam. Dalam waktu kurang dari setengah jam, mereka membawakan
11 lagu yang sama di beberapa kota tersebut: I saw her standing there, I
want to hold your hand, You can’t do that, Till there was you, All my loving,
She loves you, Roll over Beethoven, Can’t buy me love, This boy, Long tall
Sally, dan Twist and shout. Ringo Starr juga menyanyikan Boys.
Kehadiran pertama The Beatles di Wellington
disambut sekitar tujuh ribu fans yang sebagian besarnya adalah para gadis muda.
Tercatat seorang gadis memotong celananya agar memudahkan memanjat pagar kawat,
dan dua lainnya melewati pagar karena terdorong dari belakang. Meninggalkan
keriuhan bandara, The Beatles menuju St. George, hotel tempat mereka menginap.
Para fans menyertai mereka sepanjang perjalanan dari bandara menuju kota. Massa
penggemar The Beatles rupanya juga banyak yang sudah bersiap di luar hotel.
Untuk menghindari kekisruhan, manajemen hotel segera membawa mereka ke balkon
lantai tiga agar para fans bisa melihat langsung The Beatles tanpa merusak
fasilitas hotel.
Bagaimana dengan show mereka? Wellington
Town Hall menjadi lokasi pertama mereka tampil. Sempat terjadi keributan
sebelum berlangsungnya show The Beatles dan juga penampil lain, rock 'n' roll
superstar tahun 50-an, Johnny Devlin, karena kualitas audio yang buruk. Pasca
show, kericuhan yang lain terjadi. Para penggemar, terutama para gadis,
berusaha untuk mengikuti mereka, bahkan konon membuat kerusakan jendela hotel
karena berusaha masuk ke kamar The Beatles. Media menulis, ‘Girl tries to
die for Beatles’.
Apa yang terjadi di Wellington berulang
di Auckland. Ada yang menyebutnya lebih parah. Bahkan kepolisian setempat menunjukkan
kestidaksukaannya terhadap hadirnya The Beatles di kota mereka. Dalam sebuah
wawancara tahun 1981, seorang petugas kepolisian mengatakan, "We didn’t want 'em here and I
don’t know why you brought 'em. We had a lot of problems trying to get him to
protect his public from themselves and a lot of trouble getting around
Auckland.” Kondisi
tersebut cukup membahayakan buat The Beatles. Hanya 3 petugas kepolisian yang
mengawal mereka. Sementara ribuan massa merangsek tak terkendali.
Konsert The Beatles di Dunedin disebut
sebagai ‘the wildest’ selama tur mereka di New Zealand. Polisi
kehilangan kontrol. Massa menguasai medan, melakukan aneka tindakan brutal.
Maka pada tur berikutnya, Christchurch, massa yang tak menyukai kehadiran
mereka, melakukan protes. The Beatles mendapat lemparan telur dan tomat busuk.
Sebuah spanduk besar bertulis: ‘We like Elvis, Cliff, Castro and Mao Tse
Tung but not The Beatles.’ Tur Christchurch menjadi tur terpendek mereka.
The Beatles hanya manggung selama 26 menit.
Minggu, 28 Juni 1964, The Beatles
meninggalkan New Zealand disaksikan dua ribuan fans saat mereka meninggalkan
hotel; dua ribuan yang lain menunggu mereka di bandara.
Banyak kekisruhan yang terjadi dalam tur The
Beatles di New Zealand. Namun warga negara ini juga mengakui, hadirnya empat
pemuda ini memberikan dampak yang cukup besar terutama terkait budaya pop. Seperti
yang dicatat Stace dalam blognya, pasca tur The Beatles masyarakat New Zealand mengalami
pergeseran budaya. Nilai-nilai
yang dipegang pada era lama berubah; satu
era berlalu dan lain
muncul. Sejak saat itu New Zealand
membuka diri ke dunia luar, baik televisi
dan maupun melakukan perjalanan
udara ke luar negeri. Beberapa orang
muda mulai terlihat
sangat berbeda. Cinta mereka
dengan rock 'n' roll yang sudah dimulai pada tahun 1950-an,
menjadi lebih kuat. Gaya berpakaian dan
rambut mereka pun mengalami perubahan. Dan mereka menikmati itu sebagai bagian
dari sejarah masyarakat New Zealand.
0 comments:
Post a Comment