Sunday, December 29, 2019

Auld Lang Syne, Sang Lagu Penutup Tahun


Lagu ini biasanya dinyanyikan pada tiap pergantian tahun. Bukan hanya di Eropa dan Amerika, tapi juga banyak negara di benua lain. Tak terkecuali Indonesia. Auld Lang Syne (dieja: ˈɔːl(d) lɑŋˈsəi) akhirnya memang lebih banyak dinyanyikan dalam bahasa Inggris, daripada bahasa aslinya, Skotlandia. 


Auld Lang Syne adalah puisi karya Robert Burns, seorang penyair dan penulis lirik Skotlandia. Ia dianggap sebagai penyair nasional Skotlandia. Ada yang menyebut pula puisi serupa yang ditulis oleh Robert Ayton. Bahkan ada pula lagu-lagu rakyat yang lebih tua, dengan frasa serupa dan yang mungkin telah mengilhami Burns. Namun dunia tampaknya lebih mengakui lagu ini sebagai karya Burns. 

Dalam bahasa Skotlandia, Auld Lang Syne diterjemahkan secara harafiah sebagai 'sejak sudah lama sekali' atau 'dulu sekali' atau 'hari-hari yang telah berlalu'. Lagu ini biasanya dinyanyikan berbarengan dengan dansa tradisional. Kelompok-kelompok menyanyi sambil membentuk sebuah lingkaran sambil berpegangan tangan pada bait pertamanya. Pada bait kedua, tangan-tangan disilangkan lalu dirangkaian kembali. Pada bait ketiga, setiap orang berpindah ke tengah lingkaran, kemudian keluar lagi.

Selain dinyanyikan pada tiap pergantian tahun, ada aneka momentum juga yang memanfaatkan lagu. Mungkin karena melodinya yang mudah diikuti. Di Britania Raya lagu ini dimainkan pada penutupan kongres (konferensi) tahunan dari Kongres Serikat Buruh (Trade Union Congress). Lagu ini juga dinyanyikan di banyak Burns Clubs, sebagai tandai berakhirnya makan malam Burns. Konon lagu ini dinyanyikan juga sebagai lagu wisuda dan penguburan di Taiwan, yang menandai akhir atau ucapan selamat tinggal. Di Jepang, lagu ini pun digunakan untuk wisuda. Banyak toko memainkannya untuk mengantarkan pelanggan keluar pada penutupan hari perdagangan. Sebelum disusunnya Aegukga, lirik lagu kebangsaan Korea dinyanyikan dengan irama lagu ini. Di Angkatan Bersenjata India, band memainkan lagu ini pada akhir parade para rekrut. 

Selamat tahun baru!


Wednesday, December 25, 2019

Happy Xmas, War is Over If You Want It


Happy Xmas (War Is Over) adalah catatan khusus dari seorang John Lennon yang merasa jengah dengan lagu Natal yang ‘itu-itu’ saja. John menyebutnya sebagai ‘the sick of white christmas.’ Kebetulan pada akhir ‘60 hingga ‘70an awal, bersama Yoko Ono, ia giat menggemakan isu perdamaian. "War is over! (If you want it)." Begitu katanya.

John dan Yoko menulis Happy Xmas di kamar New York City Hotel dan merekamnya pada 28 Oktober malam hingga 29 pagi, di Record Plant di New York. Tahun 1971. Mereka berkolaborasi dengan Phil Spector yang telah bekerja sama dengan John sejak bersama The Beatles. Ada suara anak-anak dari Harlem Community Choir, yang dikutsertakan dalam lagu ini. Lagu ini dirilis di Amerika Serikat sebagai lagu Natal, sayangnya tak sukses di tangga lagu. Barulah saat tahun berikutnya dirilis di Inggris, berhasil masuk hingga peringkat ke-4. Saat itu, akhirnya berhasil juga disukai publik Amerika.

Pada lirik tersebutkan nama ‘Kyoko’ yang sempat memunculkan pertanyaan bagi yang tak tahu. Kyoko, atau lengkapnya Kyoko Chan Cox adalah anak Yoko bersama Anthony Cox.


John Lennon ditembak mati pada 3 minggu sebelum Natal. Lagu ini pun dirilis ulang pada 20 Desember 1980 dan berhasil mencapai posisi runner up pada tangga lagu. Lagu ini bahkan terus menerus selama beberapa tahun masuk chart pada setiap jelang perayaan Natal.

Happy Xmas (War Is Over)
(Happy Christmas Kyoko)
(Happy Christmas Julian)

So this is Christmas
And what have you done
Another year over
And a new one just begun
And so this is Christmas
I hope you have fun
The near and the dear one
The old and the young

A very Merry Christmas
And a happy new year
Let's hope it's a good one
Without any fear

And so this is Christmas
For weak and for strong
For rich and the poor ones
The road is so long
And so happy Christmas
For black and for white
For yellow and red one
Let's stop all the fight

A very Merry Christmas
And a happy new year
Let's hope it's a good one
Without any fear

And so this is Christmas
And what have we done
Another year over
A new one just begun
And so happy Christmas
We hope you have fun
The near and the dear one
The old and the young

A very Merry Christmas
And a happy new year
Let's hope it's a good one
Without any fear
War is over, if you want it
War is over now

la, la, ah, ah
Happy Christmas
Happy Christmas (happy Christmas)
Happy Christmas (happy Christmas)

Monday, December 16, 2019

Sorry Seems to be The Hardest Word, Hit Elton John pada Dekade 70-an


Sorry Seems to be The Hardest Word ditulis oleh Elton John pada pertengahan tahun 70-an. Biasanya, pasangan penulisnya, Bernie Taupin yang menulis lirik terlebih dahulu. Berikutnya ia akan melengkapi melodinya. Tapi pada lagu ini, Elton yang memulai, membuat melodinya, dan Taupin menyelesaikan sisanya. 


Dalam sebuah wawancara, Taupin mengaku dari awal merasa ‘klik’ dengan ide Elton. Katanya: “Sorry seems to be the hardest word' ran through my head, and it fit perfectly with what he was playing. So I said, 'Don't do anything more to that, let me go write something’.” Maka ia pun menuntaskan lagu tersebutdan dalam beberapa menit mereka telah punya lagu baru. Sorry Seems To Be The Hardest Word rilis bersama album Blue Moves pada tahun 1976. Tahun berikutnya lagu ini menjadi soundtrack film Slap Shot.

Beberapa penyanyi membawakan kembali lagu ini. Di antaranya ada Joe Cocker yang memasukkannya dalam album Greatest Hits. Frank Sinatra dan Jimmy Scott membawakan dalam show mereka. Tahun 2002 grup Inggris, Blue, menggandeng Elton John untuk kolaborasi dan menempatkan lagu ini di puncak chart.

Sorry Seems To Be The Hardest Word
(Sorry seems to be the hardest word)

What I got to do to make you love me?
What I got to do to make you care?
What do I do when lightning strikes me?
And I wake to find that you're not there?

What I got to do to make you want me?
What I got to do to be heard?
What do I say when it's all over?
Sorry seems to be the hardest word.

It's sad, so sad
It's a sad, sad situation.
And it's getting more and more absurd.
It's sad, so sad
Why can't we talk it over?
Oh it seems to me
That sorry seems to be the hardest word.

What do I do to make you want me?
What I got to do to be heard?
What do I say when it's all over?
Sorry seems to be the hardest word.

It's sad, so sad
It's a sad, sad situation.
And it's getting more and more absurd.
It's sad, so sad
Why can't we talk it over?
Oh it seems to me
That sorry seems to be the hardest word.

Yeh. Sorry

What I got to do to make you love me?
What I got to do to be heard?
What do I do when lightning strikes me?
What have I got to do?
What have I got to do?
When sorry seems to be the hardest word.



Wednesday, December 11, 2019

Peringatan Kematian Lennon 2019


Hari Minggu, 8 Desember lalu, berbagai media mengabarkan peringatan kematian John Lennon. Monumen 'Strawberry Fields' di Central Park juga ramai dikunjungi para penggemar Lennon. 
 
Foto Pinterest
Seperti kita tahu, Lennon ditembak mati penggemarnya, Mark Chapman, persis di depan apartemennya di New York City. Ia sempat dibawa ke Rumah Sakit Roosevelt, namun jiwanya tak tertolong. Lennon menghembuskan nafas terakhir di kota yang dicintainya,  pada usia 40 tahun. Hanya selang beberapa minggu pasca merilis album Double Fantasy, yang melahirkan hit Just Like Starting Over.

Pada hari peringatan tahun ini, kedua anak Lennon, Sean (44) dan Julian (56) bernostalgia mengenang sosok sang ayah dengan menampilkan momentum kebersamaan mereka. Sean mengunggah foto dirinya  bersama kedua orang tuanya. 

Julian juga memposting foto dirinya sewaktu kecil di atas sepeda dengan John duduk di tanah. Dilengkapinya foto dengan caption: “Seandainya ayah ada di sini….”

Sementara itu, Yoko Ono memperingati peristiwa kematian suaminya dengan membuat postingan terkait kepemilikan senjata di Amerika Serikat. Ia menyuguhkan foto kacamata bersimbah darah yang dipakai Lennon saat peluru tajam menghunjam tubuhnya. Ia juga mengungkapkan kerinduannya dan anak-anak Lennon pada sosok sang ayah. 

Yoko menyayangkan, pemerintah AS tak kunjung memperketat aturan, meski peristiwa penembakan masih terus terjadi. Diduga ada sejumlah pihak di parlemen menjalin hubungan dekat dengan para pelobi senjata.

Mark Chapman sendiri hingga kini masih dalam penjara. Permohonan bebas bersyarat yang kembali diajukannya pada 2018 lalu, ditolak. 

*berbagai sumber